Gadingnews.info, Jakarta–Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) sudah melakukan riset dalam penemuan potensi antivirus dari tanaman eukaliptus. Eukaliptus merupakan salah satu tanaman yang telah dikenal penggunaan minyak atsiri.
Minyak atsiri dan berbagai ekstrak tanaman telah dianggap memiliki potensi sebagai obat alternatif untuk pengobatan banyak penyakit infeksi termasuk penyakit yang disebabkan oleh beberapa virus seperti virus influenza dan bahkan virus corona.
Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufry mengatakan bahwa sebelumnya juga diuji beberapa tanaman herbal yang ada di Indonesia seperti jahe, temulawak, jambu biji, dan lainnya.
Namun, pada eukaliptus ada senyawa 1,8-cineole yang juga disebut eucalyptol yang memiliki aktivitas anti virus, anti inflamasi, dan anti mikroba. Senyawa tersebut merupakan komponen utama dari minyak atsiri yang ditemukan dalam daun eukaliptus.
“Dari sekian banyak minyak atsiri, salah satunya minyak atsiri eucaliptus di dunia ada 700 spesies. Kita uji secara molecular docking untuk melihat kecocokan bahan aktif dan potensi membunuh virus dari sekian banyak minyak atsiri yang kita miliki,” terang Fadjry dalam pernyataan resminya Senin (18/5).
Aktivitas anti virus senyawa 1,8-cineole pada SARS-CoV-2 melalui uji molecular docking memperlihatkan bahwa Main protease (Mpro)/chymotrypsin (kimotripsin) seperti protease (3CLpro) dari virus Corona termasuk Covid-19, menjadi target potensial penghambatan replikasi corona virus. Sehingga, menjadi target yang menarik untuk pengembangan obat yang ditujukan pada infeksi SARS dan infeksi corona virus lainnya.
Setelah uji molecular docking, dilakukan uji in vitro di laboratorium Biosafety Level 3 (BSL-3) yang dimiliki Balitbangtan. Hasilnya, Eucalyptus sp. bisa membunuh 80 – 100 persen beberapa virus.
“Setelah kita uji ternyata data yang kita peroleh, Eucalyptus sp. yang kita uji bisa membunuh 80-100% virus mulai dari avian influenza hingga virus corona. Setelah hasilnya kita lihat bagus, kita lanjutkan ke penggunaan nanoteknologi agar kualitas hasil produknya lebih bagus,” kata Fadjry.
Hasil telusur ilmiah serta riset daya antivirus eukaliptus yang dilakukan Balitbangtan dapat memberikan informasi ilmiah berbasis riset kepada masyarakat tentang potensi tanaman tersebut sebagai anti virus. Riset ini memang belum menggunakan virus covid-19. Namun, ia berharap hasil riset dapat digunakan lebih lanjut dalam membantu mencegah paparan virus covid-19.
“Kita mendorong pengujian-pengujian lebih lanjut dengan menggandeng berbagai pihak, seperti Kemenkes juga Lembaga akademisi sehingga betul-betul memperoleh hasil yang lebih optimal. Informasi sementara berbasis ilmiah bisa menampilkan bahwa potensi tanaman obat Indonesia yang bisa kita kembangkan untuk menekan perkembangan Covid-19 di Indonesia,” tutur Fadjry.
Balitbangtan mencoba mengembangkan produk anti virus eukaliptus dengan membuat minyak eukaliptus melalui proses destilasi uap di laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro). Kemudian diuji efektivitasnya di Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLitvet).
Teknologi nano dimanfaatkan untuk menghasilkan sediaan bahan aktif yang lebih stabil dan memiliki efektifitas lebih tinggi. Prototipe produk dihasilkan seperti balsam, minyak aromaterapi, inhaler dan kalung aromaterapi di Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen). Penelitian lebih lanjut terus dilakukan sehingga didapatkan formula yang paling tepat untuk produk-produk tersebut, dan nantinya dapat diproduksi secara masif.
Produk antivirus Corona berbasis tanaman atsiri (eucalyptus) sudah dipatenkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan). Produk ini akan dikerjasamakan bersama PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang) untuk segera dipasarkan ke masyarakat luas. Hari ini berlangsung Penandatanganan Kerja Sama terkait Lisensi Formula Antivirus Berbasis Minyak Eucalyptus, Senin (18/5/2020).(*/)
Sumber : CNBC Indonesia