Gadingnews.Info,Makassar–Pertarungan elite pusat yang menjadi poros kekuatan politik di Sulsel ditengarai bakal mendorong jagoannya bermain di Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Makassar. Beberapa tokoh nasional seperti Jusuf Kalla, Aksa Mahmud dan Amran Sulaiman yang masih menjabat sebagai menteri pertanian di kabinet Jokowi,
Beberapa tokoh lokal Mulai dari Klan Yasin Limpo (YL), yakni Irman Yasin Limpo, Haris Yasin Limpo, dan Indira Chunda Thita Syahrul. Kemudian, ada nama Aliyah Mustika Ilham dan Andi Rachmatika Dewi atau Cicu di poros Ilham Arief Sirajuddin (IAS). Tak ketinggalan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, yang disebut-sebut akan mendorong sang ipar, Taufik Fachruddin, yang saat ini menjabat Direktur Perusda Sulsel.
Nama Sukriansyah S Latief yang belakangan muncul, ditengarai mendapat dukungan penuh dari Menteri Pertanian, Amran Sulaiman. Sedangkan politisi Nurdin Halid (NH), mendorong kader terbaik Golkar, termasuk saudara kandungnya, Kadir Halid.
Pakar Politik Universitas Bosowa, Arif Wicaksono, mengatakan, peta politik di Makassar masih diprediksi dipengaruhi elite pusat. Klan Yasin Limpo, Ilham Arif Sirajuddin (IAS), Nurdin Halid (NH), dan Nurdin Abdullah (NA), belum bisa disebut poros politik.
Alasannya, keempat poros tersebut, aksesnya ke lingkaran kekuasaan di Jakarta terhitung relatif lemah atau kecil. Justru, semisal Mentan Amran Sulaiman, Bos Bosowa Aksa Mahmud, dan Jusuf Kalla, merupakan poros politik.
“Dalam konteks Pilwalkot Makassar 2020, ada kemungkinan dua atau tiga yang merupakan poros Jakarta, dan satu yang mengklaim poros grassroot,” kata Arif, Senin (17/6/2019).
Menurut Arif, partai politik adalah makhluk yang unik. Mereka dapat bersikap paling rasional, sekaligus irasional pada satu waktu yang bersamaan.
“Keputusan partai di daerah dan pusat kadang tidak jelas. Belum tentu apa yang ditentukan DPP, dilaksanakan sepenuh hati pengurus di daerah, atau sebaliknya,” terangnya.
Sementara, Manager Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam, mengatakan, kekuatan jaringan yang dimiliki Klan YL, IAS, NH, dan NA, tidak boleh dipandang sebelah mata. Namun, memiliki jaringan yang kuat, bukan jaminan bakal calon mendapat partai dalam bertarung di Pilkada.
“Harus ada strateginya. Misal kita dorong si A, lantas tidak serta merta langsung dapat partai. Kalau pun ada figur, ada komitmen yang dibicarakan. Saya kira, semua parpol tidak semata-mata hanya memikirkan hal-hal yang sifatnya pragmatis, tapi bagaimana cara untuk menang,” kata Sandy dikutip dari www.rakyatsulsel.co, Selasa (18/6/2019).
Perolehan kursi setiap partai di Makassar dari hasil Pemilu Legislatif (Pileg), lanjut Sandy, memiliki margin yang relatif berdekatan. Sehingga, partai juga punya kalkulasi tersendiri dalam mendorong figur di Pilwakot 2020 mendatang.
“Saya pikir, itu menjadi bagian dari pembicaran diantara tim-tim ke partai,” lanjutnya.
Adanya elite dibalik pertarungan kandidat di momentum politik, termasuk Pilwalkot Makassar, juga diakui Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus. Ia mengungkapkan, dibalik figur-figur yang bertarung di Pilwalkot Makassar, ada sejumlah elite yang juga melakukan komunikasi politik. Sedangkan tugas para kandidat adalah membangun citra, agar bisa dikenal dan menjadi figur yang didambakan masyarakat. “Siapapun yang akan bertarung, mesti bekerja serius,” ujarnya.
Nurmal menyarankan, jika kandidat bakal calon kepala daerah tersebut pernah bertarung di Pemilu Legislatif (Pileg) baru-baru ini, maka sebaiknya mempertimbangkan perolehan suara mereka. Menurutnya, basis suara di Pileg dan Pilkada, tidak jauh berbeda.
“Elite parpol atau pimpinan, harus mempertimbangkan hasil Pileg 2019 di daerahnya, untuk menyusun kekuatan di Pilkada 2020,” terangnya.
Ketua DPD Partai Golkar Sulsel, Nurdin Halid, menyampaikan, partainya akan mengusung kader terbaik di Pilwalkot Makassar. Meski tak menyebut nama secara gamblang, ia mengakui sementara menggodok nama-nama yang akan diusung, kemudian melakukan survei sesuai mekanisme partai.
“Memang ada kader Golkar kita akan dorong di Pilwalkot Makassar. Tapi mekanisme akan disesuaikan dengan aturan partai,” ujarnya.
NH menuturkan, komunikasi politik akan terus dilakukan dengan sejumlah elite politik dan tokoh lain. Mengingat, Golkar tak bisa mengusung kader sendiri, karena jumlah perolehan kursi tidak memenuhi syarat.
“Yang terpenting membangun komunikasi. Para calon juga masih melakukan penjajakan,” imbuhnya.
Ia menegaskan, bakal mengerahkan seluruh kemampuan untuk memenangkan Pilwalkot Makassar 2020. Golkar tak boleh kalah di Makassar.
“Pileg 2019 ini kita kalah. Tapi Pilkada 2020, khusus Makassar, kita tak boleh kalah,” tegasnya.
Adapun kader potensial yang disebut-sebut akan didorong partai berlambang beringin ini antara lain, Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel Syamsu Rizal MI (Deng Ical) dan Ketua DPD Partai Golkar Makassar Farouk M Betta.
Dikonfirmasi terpisah, Syamsul Bachri Sirajuddin, mengatakan, pihak keluarga IAS belum memikirkan soal Pilwalkot Makassar. Hal tersebut baru akan dibahas setelah IAS bebas dari hukuman yang sedang dijalani.
“Kita belum bahas itu. Kita masih tenang, belum berpikir kesitu. Kita juga ingin mengatur posisi. Tunggu Pak Ilham selesai, baru kita setting baik-baik,” terangnya.
Sementara, Irman Yasin Limpo yang ditanya soal kesiapannya bertarung di Pilwalkot Makassar, masih enggan berbicara banyak.
“Kalau dulu, jangan pikir macam-macam. Sekarang, silahkan pikir macam-macam,” katanya seraya tertawa, saat ditanya soal Pilwalkot Makassar. (*/)