Karnaval Merdeka Toleransi di Lapangan Karebosi, Gubernur: Jangan Ada Lagi Politik Identitas

Karnaval Merdeka Toleransi di Lapangan Karebosi dibuka secara resmi oleh Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, Sabtu (20/8/2022).
Karnaval Merdeka Toleransi di Lapangan Karebosi dibuka secara resmi oleh Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, Sabtu (20/8/2022).

Gadingnews.com, Makassar – Karnaval Merdeka Toleransi dibuka secara resmi oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman di Lapangan Karebosi Kota Makassar. Acara tersebut sebagai rangkaian kegiatan 17 Agustus memperingati 77 tahun kemerdekaan Indonesia.

Dengan tema, “Merdeka dalam Keberagaman, Toleran dalam Perbedaan”, Gubernur Sulsel dalam acara tersebut menandatangani piagam Deklarasi Karebosi, sekaligus menerima piagam penghargaan dari Kementrian Dalam Negeri RI.

Bacaan Lainnya

Diikuti 10.000 peserta dari berbagai daerah, Karnaval yang digagas oleh Kementrian Agama Sulsel pada Sabtu (20/8) memakai pakaian perjuangan dan keagamaan sebagai wujud toleransi bagi mayarakat.

Bagi Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, perbedaan jangan dijadikan sebagai sebuah isu untuk menghadirkan perpecahan. Sebab Pancasila sebagai dasar negara menyatukan perbedaan.

“Pancasila sudah final, The Founding Father kita menyatakan perbedaan dalam negara sudah final,” ungkap Andi Sudirman Sulaiman.

Indonesia harus lebih maju, tantangan yang ada adalah tantangan dari dunia luar atau global. Kekayaan Indonesia luas dan beragam, Indonesia harus menjadi negara berdaulat.

Lebih lanjut kata Gubernur Sulsel, Kita di Sulsel tidak boleh lagi ada politik identitas dengan gaya sentimen keagamaan untuk sebuah kekuasaan. Tetapi kita ditantang untuk bangkit menghadapi dunia global.

“Kita berbuat untuk Sulawesi Selatan, untuk pembangunan berkeadilan. Memiliki kearifan lokal yang kuat, berketuhanan, tidak mudah dirongrong dan dihasut. Hal itu yang saya inginkan. Sepakat? Pancasila sudah final, negara ini harus bersatu,” sebutnya.

Negara menjamin kebebasan beragama, keamanan, hidup rukun, dan tentram dan itu sudah tercipta sejak lama di Indonesia. Perbedaan agama tidak dijadikan persoalan.

“Semua bisa dengan bersatu dalam perbedaan. Semua bisa beragama dan beribadah dengan bebas, tidak memaksakan ibadah kepada yang berbeda keyakinan,” pungkasnya.

Pos terkait