GADINGNEWS, PARIS – Inilah kisah tentang pantai bugil di Prancis yang malah membuat satu kota di sana nyaris mengalami kebangkrutan. Mari simak!
Resor Euronat di kota Grayan-et-l’Hopital, merupakan salah satu destinasi bugil terbesar di Prancis, yang telah mendatangkan malapetaka ekonomi. Resor ini diketahui memiliki wisata pantai telanjang.
Namun, siapa sangka pantai telanjang ini malah membuat kota Grayan-et-l’Hopital terancam bangkrut. Pesona resor di daerah ini ternyata membuat kota tersebut menerima terlalu banyak dana, sehingga tidak adil buat wilayah lain. Alhasil, area sekitarnya kekurangan biaya dan dalam keadaan hampir melarat.
Wali Kota Grayan-et-l’Hopital, Florence Legrand mengecam wali kota sebelumnya soal kebijakan di Euronat. Menurutnya, resor di kota tersebut telah menerima 9 juta euro (sekitar Rp 144 miliar), terlalu banyak dari yang lain.
“Toko-toko dan restoran di kota telah tutup dan menyusut menjadi hanya dua,” ujarnya dikutip Telegrap dan Daily Mail, Jumat (26/5/2023), merujuk kekurangan dana.
“Sementara Euronat diisi dengan hampir tiga puluh gerai,” tambahnya.
Perlu diketahui, Euronat merupakan area seluas 335 hektar. Ini menjadi wilayah destinasi kaum nudis terbesar di negeri Emmanuel Macron.
Sekitar 15.000 pelancong rela bertelanjang selama berbulan-bulan di musim panas. Saat ini ada 28 toko di dalamnya.
Legrand mengemukakan kenyataan ini telah memaksa penduduk harus berbelanja di dalam resor karena minimnya ketersediaan toko di kota. Beberapa mengaku tidak nyaman melakukan transaksi di samping pria dan wanita telanjang.
Ia pun mengatakan akan mengajukan tuntutan hukum terhadap wali kota sebelumnya. Menurutnya ada indikasi penyuapan dilakukan resor dan pejabat lama.
Di sisi lain, Legrand juga menyoroti pemasukan ke pemerintah yang sangat minim dari Euronat. Resor saat itu membayar Grayan-et-l’Hôpital sebesar 550.000 euro, jauh lebih kecil dari 917.000 euro yang diperkirakan oleh pemerintah barunya.
Ia menuturkan, sejak 1975, Grayan-et-l’Hopital seharusnya menerima 20,5 juta untuk sewa. Tapi yang diterima hanya 14,5 juta.
“Ini adalah jumlah yang kurang untuk pembangunan kota,” katanya.
Sementara itu, Direktur Euronat Jean-Michel Lorefice membantah telah melakukan kesalahan. Mereka bahkan mengajukan tuntutan balik dan menyebutnya fitnah.
“Kami telah memiliki 50 tahun hubungan damai dan normal dengan pimpinan kota sebelumnya,” tegasnya.
—–
Artikel ini telah tayang di CNBC Indonesia