Gadingnews,Info, Jakarta – Daur ulang sampah plastik di Indonesia sejauh ini belum berjalan dengan maksimal.
Hal itu terlihat dari hasil riset yang dilakukan oleh Sustainable Waste Indonesia (SWI). Direktur SWI Dini Trisyanti mengungkapkan, daur ulang sampah plastik di Indonesia masih di bawah angka 10 persen.
“Seluruh sampah bukan hanya plastik saja, harusnya diolah dan tidak tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir, namun di Indonesia baru tiga persen saja,” kata Dini, di Jakarta, minggu (8/9/2019).
Ia mengatakan, terdapat 380 TPA yang tersebar di seluruh Indonesia dan kondisinya hampir penuh dan tidak bisa menampung volume sampah, termasuk TPA Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat.
Berdasarkan data yang diperoleh SWI dari Kementerian Perindustrian mengungkapkan bahwa setiap orang di Indonesia menggunakan plastik rata-rata 17 hingga 23 kilogram per tahun.
Jika dibandingkan dengan negara lain, angka penggunaan plastik Indonesia masih relatif kecil. Sebagai contoh Malaysia mencapai angka 40 kilogram per tahun. Semakin maju suatu negara maka semakin tinggi penggunaan plastik.
Pada praktiknya terdapat dilema antara pemerintah khususnya Kementerian Perindustrian yang menargetkan konsumsi plastik tiap individu 25 hingga 40 kilogram per tahun. Di sisi lain sejumlah pihak di luar pemerintahan berusaha mengurangi angka itu.
“Di sini lah dilemanya,” ujarnya.
Dini Trisyanti yang telah berkecimpung di persoalan sampah plastik selama 15 tahun tersebut juga mengaku memiliki data konsumsi sampah plastik masyarakat di Indonesia mencapai 5,6 juta ton per tahun.
Sebagian besar dari angka tersebut menjadi sampah plastik yang belum bisa diolah atau didaur ulang sehingga menimbulkan persoalan serius terutama terhadap lingkungan.
“Ternyata 1,67 juta ton itu dari luar negeri, jadi kita mengimpor,” katanya.
Meskipun demikian, hasil kajian SWI menunjukkan perputaran ekonomi di sektor sampah plastik cukup besar terhadap pertumbuhan industri sebesar 13 persen untuk kontribusi lapangan kerja.
Angka tersebut jika dibandingkan seluruh sektor industri kecil dan menengah. Oleh karena itu, SWI berpandangan terdapat dilema dalam mengatasi persoalan sampah plastik di Tanah Air.
“Jadi industri dan lingkungan itu tidak pernah ketemu karena masing-masing punya target namun kita harus mencari titik temunya,” ujar dia.