Sederet Kejanggalan Saat Tragedi Kelam Kanjuruhan

Gadingnews.com, Malang–Sederet kejanggalan turut menyelubungi kelam di Stadion Kanjuruhan pada akhir pekan lalu yang menjadi duka bangsa. Berikut dirangkum lima kejanggalan tragedi Kanjuruhan.

Pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya menjadi salah satu laga besar di Liga 1 pada pekan ke-11, selain Persib Bandung vs Persija.

Bacaan Lainnya

Duel dua klub berjuluk Singo Edan dan Bajul Ijo berlangsung menarik di atas lapangan lantaran gol yang silih berganti tercipta.

Silvio Rodrigues dan Leo Lelis membawa Persebaya unggul lebih dulu. Arema kemudian membalas melalui dua gol Abel Camara pada menit-menit akhir babak pertama. Kemudian gol Sho Yamamoto pada babak kedua menjadi pembeda.

Arema harus mengakui keunggulan Persebaya. Usai wasit Agus Fauzan Arifin meniup peluit panjang, beberapa suporter masuk ke area pertandingan. Mereka tampak mendekati pemain-pemain Arema, sementara pemain-pemain Persebaya sudah masuk ruang ganti.

Menyusul kemudian fans dalam jumlah banyak turut masuk ke lapangan. Setelah itu tragedi memilukan itu terjadi.

Dilansir CNNIndonesia, Rabu (5/10), berikut disebutkan lima kejanggalan dalam tragedi Kanjuruhan:

1. Gas Air Mata

FIFA dalam regulasi soal keamanan dan keselamatan di stadion telah memasukkan gas air mata sebagai barang haram di tempat pertandingan. Sementara PSSI menyebut senjata api atau ‘senjata pengurai massa’ tidak boleh dibawa atau digunakan.

Terlepas dari aturan FIFA dan PSSI tersebut, gas air mata ternyata begitu terasa di Stadion Kanjuruhan.

“Waktu itu pas saya balik dari ruang konferensi pers ke ruang ganti saya mulai terasa matanya sudah mulai perih, langsung saya sadar kalau ini adalah bom, lupa saya namanya, air mata, bom air mata.”

“Dan di situ saya masuk dari, jalan dari ruangan konferensi pers ke ruang ganti dan di situ di lorong itu sudah mulai masuk banyak orang, gendong-gendong orang yang lain dan teriak-teriak untuk minta bantuan,” ucap pelatih Arema FC Javier Roca saat wawancara.

Penggunaan gas air mata juga diakui Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afianta. Jenderal bintang dua itu menjelaskan polisi menembakkan gas air mata karena para pendukung Arema tak puas dan turun ke lapangan. Polisi menganggap aksi mereka membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial. Senada dengan Nico, Menkopolhukam Mahfud MD juga menyebut penggunaan gas air mata diarahkan ke penonton.

2. Pintu Stadion Tertutup

Di tengah kepanikan melanda lantaran gas air mata dan kebutuhan mencari udara segar. Orang-orang berupaya keluar dari Stadion Kanjuruhan. Alih-alih bisa pulang, ada yang terperangkap dalam kerumunan karena pintu terkunci.

Sementara Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo juga menyebut pintu keluar Stadion Kanjuruhan hanya berkapasitas dua orang sehingga banyak penonton berdesakan dan terhimpit.

Komisioner Komnas Ham Muhammad Choirul Anam menjelaskan hanya ada dua peintu yang terbuka dari 14 pintu saat insiden terjadi.

Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto mengatakan belum diketahui secara pasti siapa yang menutup pintu tersebut. Sementara, berdasarkan keterangan yang didapat oleh pihaknya, Kapolres Malang tidak memerintahkan penutupan pintu tersebut.

Dari sisi penonton, salah satu suporter Arema mempertanyakan ada pintu-pintu yang ditutup. Padahal biasanya ketika pertandingan menjelang menit akhir pintu stadion sudah dibuka.

3. Jumlah Penonton Melebihi Kapasitas

Diketahui kemudian, seperti diumumkan Mahfud MD, pencetakan tiket mencapai 42 ribu. Jumlah tersebut dianggap melebihi kapasitas stadion.

“Jumlah penonton agar disesuaikan dengan kapasitas stadion, yakni 38 ribu orang. Tapi, usul-usul itu tidak dilakukan oleh panitia yang tampak sangat bersemangat. Pertandingan tetap dilangsungkan malam hari dan tiket yang dicetak jumlahnya 42 ribu,” katanya dalam pesan singkat, Minggu (2/10).

Sementara pihak Arema menilai penjualan 42 ribu tiket masih berada di bawah kapasitas maksimal Stadion Kanjuruhan yang diklaim mampu menampung hingga 45 ribu penonton.

4. Jam Kick Off Malam Hari

Penyelenggaraan pertandingan pada malam hari juga sempat menjadi sorotan. Mahfud MD menyatakan pihak kepolisian telah mengusulkan laga Arema vs Persebaya berlangsung pukul 15.30 WIB, namun kemudian ditolak panitia.

Sementara PSSI pun membuka alasan PT Liga Indonesia Baru tetap menggelar laga pada malam hari, yakni lantaran ketiadaan suporter Persebaya yang bertandang ke Malang.

“Kita ketahui bahwa polisi mengajukan untuk dilaksanakan di sore hari. Dan telah disepakati untuk dilaksanakan di malam hari dan tidak menghadirkan suporter tamu ke stadionnya dan itu yang menjadi rujukan panpel dan PT LIB untuk berpositif thinking tidak akan ada kerusuhan ketika tidak ada rivalitas suporter sehingga terjadi kesepahaman,” kata Yunus dalam jumpa pers di Stadion Madya, Jakarta, Minggu (2/10).

5. 42 Botol Miras Bersegel

Ketua Komite Disiplin PSSI Erwin Tobing membeberkan telah menemukan 42 botol minuman keras bersegel di Stadion Kanjuruhan seusai kericuhan, Sabtu (1/10) malam.

Hal tersebut terungkap dalam investigasi PSSI setelah bertemu dengan perwakilan manajemen Arema FC, Ketua Pelaksana Pertandingan Arema FC Abdul Haris, dan Security Officer Arema FC Suko Sutrisno.

Menurutnya hal-hal terlarang seperti ini tidak sepantasnya bisa lolos masuk ke dalam stadion. Pasalnya barang bawaan setiap penonton diperiksa sebelum masuk tribune.

Pihak Aremania juga memandang ganjil temuan tersebut karena pemeriksaan masuk ke tribune sangat ketat, bahkan korek api tak boleh dibawa serta oleh penonton.

“Janganlah kami Aremania ini disudutkan begitu. Di tribune itu juga kan ada polisi dan tentara yang jaga. Mau masuk pintu tribune juga diperiksa. Masukin botol minuman itu gimana logikanya,” terang Agus Babon salah satu Aremania.(**)

Pos terkait