Gadingnews.com, Jombang–Kiai kenamaan Jombang, KH Muhammad Mukhtar Mukthi di hadapan ratusan jemaah meminta Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat tak menangkap anaknya, MSAT (42), tersangka kasus dugaan pelecehan santriwati.
Peristiwa itu terjadi ketika Kiai Mukhtar mengundang Nurhidayat dalam acara tausiah yang dihadiri ratusan jemaah Shiddiqiyyah di Ponpes Majma’al Bachroin Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah, Desa Losari, Ploso, Jombang, Minggu (3/7) malam.
Acara digelar pada hari yang sama ketika polisi memburu MSAT yang berhasil meloloskan diri dari kejaran dan pengepungan tim gabungan kepolisian.
Nurhidayat mengonfirmasi peristiwa tersebut. Dia mengatakan bahwa saat itu ia sedang bertindak sebagai negosiator yang hendak menangkap MSAT. Namun ternyata proses negosiasi tak berjalan seperti yang diharapkan, karena malah melibatkan ratusan pengikut kiai dan MSAT.
“Kami berupaya melaksanakan penangkapan tersangka MSAT, namun ada kendala di lapangan. Dan kami mau melakukan negosiasi tapi situasi tidak memungkinkan,” kata Nurhidayat saat dikonfirmasi, Selasa (5/7).
Peristiwa tersebut diabadikan dalam video dan beredar luas ke publik. Dalam video terlihat Pimpinan Pondok Pesantren Majma’al Bahroin Shiddiqiyyah itu mengatakan bahwa kasus pelecehan seksual yang menimpa anaknya adalah fitnah keluarga. Ia pun meminta Nurhidayat tak menangkap anaknya.
“Bismillah hirohmannirohim. Allahu akbar. Demi untuk keselamatan kita bersama, demi untuk kejayaan Indonesia Raya, masalah ini masalah keluarga. Untuk keselamatan kita bersama, untuk kebaikan kita bersama, untuk kejayaan Indonesia Raya, masalah fitnah ini masalah keluarga. Untuk itu kembalilah ke tempat masing-masing jangan memaksakan diri mengambil anak saya yang kena fitnah ini. Semuanya itu adalah fitnah, Allahu Akbar,” kata ayah MSAT.
Nurhidayat tak banyak berbicara dalam video itu. Ia hanya mengangguk sesekali. Sementara di depan mereka ada tampak ratusan jemaah yang menyaksikan hal itu sembari memekikkan takbir.
Sementara itu pendamping korban sekaligus Direktur Women Crisis Center (WCC) Jombang, Ana Abdillah menyayangkan tindakan polisi yang kembali gagal menangkap MSAT, dan justru melunak pada keluarga tersangka.
“Bahkan video yang beredar itu sampai dia harus mendengarkan kata pak kiai bahwa persoalan ini adalah fitnah, sementara dia sebagai aparat hukum dan alat negara disitu dia sudah punya hukti lengkap dan bisa dibuktikan di pengadilan,” kata Ana seperti dilansir dari laman CNN Indonesia, Selasa (5/7).
Ana mengatakan, jika semua orang sama di mata hukum, maka tak boleh ada satu langkah kepolisian yang diskriminatif dalam merespons kasus ini. Ia dan korban pun berharap MSAT segera ditangkap.
“Kepolisian tak boleh lama menegosiasikan langkah hukum ini, harusnya ditindak tegas, tapi ini kemudian terus berlunak-lunak seolah mengamini upaya menormalisasi perilaku pelecehan seksual yang melindungi adalah kepolisian sendiri,” ucapnya.
Ratusan personel gabungan Polda Jawa Timur dan Polres Jombang diketahui telah melakukan pengejaran terhadap MSAT. Namun anak kiai Jombang itu kembali gagal diringkus.
Pengejaran terhadap MSAT telah dilakukan polisi sejak Minggu siang (3/7). Saat itu, polisi mengejar iring-iringan tiga mobil yang ditumpangi MSAT dari Desa Sambongdukuh, Jombang.
Namun, saat dikejar, iring-iringan mobil yang dinaiki MSAT terus melaju ke arah Ploso. Salah satu mobil rombongan MSAT juga sempat hendak melawan dengan memepet seorang petugas yang melakukan pengejaran.
Dalam pengejaran, mobil yang dinaiki MSAT dan satu mobil pengiringnya berhasil melarikan diri dan masuk ke arah pondoknya, Pesantren Shiddiqiyyah.
Sementara satu mobil lainnya berhasil disergap tim gabungan. Mobil itu dinaiki dua orang yang merupakan pengikut MSAT.
Tak berhenti di situ, tim gabungan kemudian melakukan pengepungan Pondok Pesantren Shiddiqiyyah milik ayah MSAT. Bahkan jalan Jombang-Lamongan yang melintasi ponpes tersebut ditutup total.
Ratusan personel dan Brimob bersenjata lengkap dikerahkan. Suasana di sekitar lokasi dilaporkan mencekam. Polisi kemudian menerjunkan tim negosiator ke dalam pesantren. Di sisi sebaliknya, akses masuk pesantren juga dijaga massa pengikut MSAT.
Hingga tengah malam, upaya tim negosiator yang masuk ke dalam ponpes ternyata gagal. Ratusan personel polisi termasuk pasukan Brimob Polda Jatim terpaksa kembali ditarik ke markas.(**)