Gadingnews.Info, BUTON – Pasca kerusuhan dan keributan antar warga Desa Gunung Jaya dan Desa Sampuabalo Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton, yang mengakibatkan 87 rumah hangus terbakar dan 2 orang meninggal dunia, sehingga Pemerintah Provinsi Sulawesi tenggara menetapkan masa tanggap darurat bencana konflik sosial selama 14 hari sejak tanggal 10 hingga 24 Juni 2019.
Personel TNI Polri tampak masih berjaga-jaga di sejumlah tempat yang dianggap rawan dan melaksanakan patroli secara intensif guna memastikan tidak ada lagi balas dendam dari kedua belah pihak.
Yonif Raider 700/WYC yang didatangkan dari Makassar dengan kekuatan 1 SSK terus melakukan pengamanan agar masyarakat merasa aman dan tenang serta memastikan tidak ada lagi ketegangan antar warga kedua desa.
Sejumlah titik masih didominasi pasukan Raider 700, seperti di pertigaan jalan masuk ke Desa Sampubalo tepatnya pertigaan Desa Matanauwe, jalan masuk ujung Desa Sampuabalo, Desa Sampuabalo dan Desa Gunung Jaya.
Tidak hanya melakukan tugas pengamanan, mereka juga melaksanakan pendekatan Binter melalui Komsos yang intensif ke rumah-rumah warga bersama Babinsa- Babinsa Koramil 1413 – 13/Lasalimu Kodim 1413/Buton.
Selain itu, kehadiran pasukan 1 SST Yon Zipur 8/SMG yang melaksanakan tugas sebagai Satgas Rekontruksi terus melakukan pembangunan rumah yang terbakar dibantu oleh sejumlah aparat Satpol PP, BPBD, Dinas PUPR kabupaten Buton dan warga desa Gunung Jaya.
Pegawai Dinas PUPR Kabupaten Buton membantu melaksanakan pembongkaran bangunan rumah sisa kebakaran dengan menggunakan exavator, sehingga mempercepat proses pembangunan.
Sejumlah rumah mulai terlihat berdiri dengan pemasangan batu bata dan kerangka kuda-kuda serta atap, hingga berita ini diturunkan pembangunan sudah mencapai 25 hingga 75 persen, prajurit Zipur 8 mengebut pembangunan rumah terbakar tersebut guna menghilangkan luka dan balas dendam warga yang kehilangan rumahnya.
Dandim 1413/Buton Letkol Inf Davy Darma Putra sejak kerusuhan selalu berada di tengah-tengah warga untuk mengajak menjaga persatuan dan kesatuan, saling menghargai sesama manusia dan kesadaran berbangsa dan bernegara.
“Mari sama-sama kedepankan persatuan dan kesatuan, jangan ada lagi pertikaian, yang rugi adalah kita semua”, ujar Davy. (opq)