GADINGNEWS, MAKASSAR – Fenomena Gerhana Matahari Hibrida (GMH) akan terjadi hari ini, Kamis 20 April 2023 di sebagian besar wilayah di Indonesia. Terkait fenomena ini, terdapat beberapa mitos untuk ibu hamil yang saat ini masih dipercayai oleh sebagian masyarakat.
Fenomena Gerhana Matahari kerapa dianggap sebagai pertanda buruk dan berbahaya bagi ibu hamil serta janin yang dikandungnya. Salah satu mitos berkaitan dengan fenomena ini yaitu ibu hamil diharuskan mandi untuk mengusir hal gaib saat gerhana terjadi.
Kemudian, ada juga mitos yang menyebutkan bahwa ibu hamil harus bersembunyi di kolong tempat tidur saat Gerhana Matahari Terjadi, serta berbagai mitos lainnya.
Lantas bagaimana pandangan Islam terkait mitos-mitos tersebut? Apakah benar Gerhana Matahari berbahaya bagi ibu hamil?
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan (Sulsel), AGH Najamuddin Abd Safa dalam wawancaranya dilansir detikSulsel, Kamis (20/4/2023) menjelaskan, gejala alam tidak ada kaitannya sama sekali dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat.
“Gejala-gejala alam itu jangan dihubungkan dengan adat istiadat,” ujar Najamuddin kepada awak media beberapa waktu lalu.
Dia menegaskan, mitos-mitos untuk ibu hamil yang dikaitkan dengan Gerhana Matahari sebaiknya tidak dipercayai, apalagi sampai dikait-kaitkan dengan agama. Dia lalu menekankan bahwa dua hal tersebut tidak ada kaitannya.
“Artinya gerhana bulan kan itu gejala alam. Adat istiadat ini, jangan dihubungkan dengan agama,” kata Najamuddin.
“Gejala alam dengan masalah agama tidak ada (kaitannya),” tegasnya.
Najamuddin kemudian menceritakan kisah serupa yang terjadi pada masa Rasulullah. Kala itu, Rasulullah pernah menegur umatnya saat mengaitkan peristiwa meninggalnya anak Rasulullah yang bertepatan dengan turunnya hujan.
Rasulullah saat itu melarang umatnya untuk mengait-ngaitkan keduanya. Menurut Najamuddin, larangan Rasulullah saat itu sama halnya dengan mitos-mitos yang dikaitkan dengan Gerhana Matahari.
“Itu saja contohnya meninggalnya anaknya Rasulullah, Nabi menegur bahwa tidak ada hubungannya dengan turunnya hujan dengan meninggalnya anaknya. Sama dengan gerhana bulan itu,” jelasnya.
Dia kemudian menegaskan, mitos-mitos yang beredar seputar Gerhana Matahari sama sekali tidak benar dan tidak berdasar pada ajaran agama.
“Janganlah dihubungkan dengan masalah-masalah yang tidak ada hubungannya agama dengan gejala-gejala alam, yang tidak ada dasarnya dari agama,” tuturnya.
Najamuddin juga menjelaskan, saat Gerhana Matahari, umat Islam justru disunnahkan melaksanakan shalat. Shalat yang dilaksanakan saat terjadinya Gerhana Matahari disebut shalat kusuf.(*)